Untuk mudah maka harus susah

“Ituย  memang hukum, bahwa untuk mudah maka harus susah”, begitu kata salah seorang dosen saya sewaktu sedang mengajar. Doktor dari Perancis itu memang orang yang cerdas, kalo menerangkan sebuah materi pasti bakal cerita kemana-mana lalu balik lagi ke materi lalu nyambung lagi dengan cerita yang lain, lalu balik lagi ke materi dst. Dijamin dua jam kuliah bisa terasa pusing ๐Ÿ™‚ Namun saya tertarik dengan kata – kata beliau, bahwa untuk mudah memang harus susah.

Kalo dipikir – pikir, benar juga sih adanya. Bagaimana kita bisa berenang apabila sebelumnya kita tidak bersusah payah untuk mengalahkan rasa takut terhadap air, takut tenggelam, dan tidak mau les berenang? Bagaimana kita bisa menjadi mahasiswa dengan IPK cumlaude jika tidak mau bersusah payah untuk belajar? Bagaimana kita bisa menjadi seorang yang ahli dalam pemrograman jika menemui sebuah masalah saja langsung menyerah dan berhenti belajar? (yang terakhir ini yang sering dialami oleh mahasiswa komputer..hehehe…) Seperti kata Naruto juga “There’s no shortcut to be hokage”, tidak ada jalan yang pintas yang dapat ditempuh. Semuanya harus melewati berbagai macam proses. Continue reading

Perubahan Itu Perlu

Saya menghabiskan banyak waktu di Jogja, hampir sekitar 6 tahun berada di sana ๐Ÿ™‚ kota yang memang sangat nyaman untuk ditempati walau sekarang sudah banyak kendaraan bermotor, macet, panas, dan harga makanan tidak lagi murah. Saya juga mengalami kuliah di MIPA dan Teknik Elektro di salah satu PTN tertua di Indonesia. Kemudian sekitar akhir tahun 2010, saya pindah kerja di Bandung karena diterima sebagai pengajar di salah satu PTS di Bandung. Dan baru awal tahun ini saya melanjutkan studi lanjut di sebuah PTN yang sangat terkenal di kota Bandung.

Berangkat dari Jogja ke Bandung ternyata menambah banyak sekali wawasan dan pandangan baru. Di Jogja saya melihat interaksi antara dosen-mahasiswa itu sangat formal. Dosen memang sangat disegani di kampus. Saya pun sangat menghormati dosen – dosen yang ada. Di MIPA, saya mendapat dosen wali yang sangat kaku dan sok pemarah. Jadi interaksi dan bercakap – cakap hanya seperlunya saja. Kalo ditelepon tidak pernah diangkat, apalagi yang menelepon mahasiswa ๐Ÿ™‚ tapi tetap ada yang baik, bahkan sangat baik sekali. Pernah ada yang pulang pergi sekitar 3 jam hanya untuk menandatangani tugas akhir saya sehingga saya bisa ikut ujian. Ngga terbayang kan ada dosen seperti itu?? Continue reading

Bingung dengan syarat beasiswa?

Mulai awal tahun ini saya mulai kuliah di ITB, lewat jalur beasiswa. Kalau dulu saya mencoba lewat beasiswa unggulan dimana saya harus mencari dan melengkapi syaratnya sendiri. Kali ini ternyata lebih mudah, karena ITB memberikan bantuanย  dalam pengurusan syarat mulai dari TPA, Test EPT (semacam Toefl), hingga ujian masuk. Menyenangkan bukan? Beasiswa yang dibuka biasanya Teknik Elektro opsi Teknologi Media Digital dan Game, tapi kemarin saya bisa mengambil opsi yang lain dari beasiswa tersebut.

Okelah, cukup sudah bercerita tentang beasiswanya ๐Ÿ™‚ nanti bisa dicari atau didatangi sendiri untuk mendapatkan keterangan lebih lanjut. Setelah berjalan beberapa lama, tadi saya diberitahu untuk mengisi berkas formulir Beasiswa Unggulan bersama dua orang teman saya. Tetapi saya cukup terkejut, karena salah satu teman saya bingung apakah mau mengisi formulir atau tidak. Ketika saya bertanya mengapa dia bingung, dia berkata bahwa dia takut harus membayar biaya pendidikan 2x lipat jika berhenti di tengah jalan. Memang sih ada aturan bahwa setelah 30 hari dimulai dari kuliah perdana, apabila mengundurkan diri / tidak menyelesaikan pendidikan maka wajib mengembalikan biaya 2x lipat ๐Ÿ™‚ Continue reading