Hotel dekat bandara KLIA 2

Mencari hotel yang dekat dengan bandara KLIA 2? Kalo saya merekomendasikan Tune Hotel Aeropolis yang ada di bandara KLIA 2. Jadi, saat saya pergi ke Hongkong tahun lalu, Mawa ingin pergi naik Cathay Pacific yang berangkatnya dari Kuala Lumpur. Itu berarti saya harus mencari hotel yang dekat dengan bandara. Tadinya kami akan mencari hotel di luar bandara, namun itu nampaknya menjadi pilihan yang kurang bijak. Mengapa?

Continue reading

Mengunjungi Nu Art Sculpture Park

Hari minggu lalu, saya dan keluarga datang ke Nu Art Sculpture Park di daerah Setra Duta. Sebetulnya bukan tanpa alasan kami datang ke sini di hari Minggu lalu, jadi Audi ada acara penganugerahan piala di sanggar lesnya dan tempatnya ada di Setra Duta. Semua anak dapat piala, baik yang menang lomba internasional maupun tidak. Acaranya yang dijadwalkan mulai pada pukul 11.00 akhirnya baru dimulai pukul 11.30, biasalah banyak orang tua yang datang terlambat.. hehehe.. untungnya kami sih datang sebelum acara dimulai.

Salah satu hal yang sarat makna dan wawasan disampaikan oleh ibu ketua sanggar, bahwa “kita seringkali menilai hasil karya anak dengan mata orang dewasa. Ketika warna langit itu biru dan anak mewarnainya dengan kuning, apakah itu salah?”. Kita, dan saya, memang terkadang suka seperti itu, menilainya dari kacamata orang dewasa. Padahal sangatlah tidak fair untuk membandingkan karya seorang anak yang memang hanya berbasis perasaan dan ekspresi dengan karya kita, orang dewasa, yang sudah memiliki pengetahuan lebih banyak dan logika. Ibu ketua sanggar juga mengucapkan terima kasih karena banyak orang tua mau datang untuk memotivasi dan memberikan penghargaan bagi para anak – anaknya, ini juga sangat mengena untuk saya.

Satu alasan mengapa saya mau datang ke Nu Art Sculpture Park kemarin ya karena saya ingin melihat Audi menerima piala untuk membangkitkan rasa percaya dirinya. Audi mendapatkan rezeki menerima sertifikat dyploma untuk lomba menggambar UNESCO di Paris. Selain itu, saya juga senang Audi mendapat pengalaman baru : berkumpul dengan anak – anak sebayanya yang lain, menonton pertunjukkan balet, tarian, dan anak menyanyi. Harapannya itu semua bisa membuat Audi lebih terbuka dan berani. Ia beruntung lahir di keluarga yang bisa dikatakan berkecukupan, saya aja sewaktu kecil belum pernah sama sekali menerima penghargaan.. hahaha..

Mudah – mudahan acara kemarin memotivasi Audi untuk semakin bersemangat dalam berkarya dan berlatih. Amin.

Kampung Cai, Rancaupas

rancaupas

Hari minggu lalu, saya, Mawa, dan Audi jalan-jalan ke Rancaupas. Sebetulnya saya agak malas karena harus berangkat pagi, tapi ya kalo ngga ada agenda ngapain juga ke Rancaupas? akhirnya saya putuskan untuk berangkat karena saya juga belum pernah ke sana. Kami berangkat pukul 06.30, perjalanan ditempuh sekitar 1.5 jam karena ternyata minggu pagi itu banyak sekali angkot jurusan Soreang berkeliaran sehingga menimbulkan kemacetan. Belum lagi pasar tumpah yang ada di Soreang juga agak menambah kemacetan. Arah ke Rancaupas cukup mudah ditemukan. Ambil saja arah Ciwidey, nah nanti kalo sudah ketemu tempat wisata Kawah Putih tinggal nyalakan lampu sein kanan karena letaknya 50m sebelah kanan dari Kawah Putih.

Harga tiket yang dipatok tidak terlalu mahal, yakni sekitar 10rb/orang, ditambah kendaraan 5rb/mobil. Tapi di dalem kita masih juga diminta bayar parkir 2rb ketika keluar. Seandainya lagi ngga bareng keluarga ngga mau bayar saya *evil* Area rancaupas ini sangatlah luas, kalo saya ndak salah baca ada sekitar 200 ha. Jadi jangan heran kalo banyak banget yang kemping di sini. Tapi siap-siap untuk bawa selimut tebal karena suhunya bisa sekitar 15′ kalo malem hari. Di Rancaupas juga banyak wahana seperti kolam renang, paintball, flying fox, dan satu yang menarik, yakni penangkaran rusa. Saya mengajak Mawa dan Audi ke penangkaran rusa untuk melihat rusa dan kijang lebih dekat 🙂

Rusa-rusa di sana ternyata sangat jinak dan sangat kelaparan. Terbukti ketika Audi menyodorkan Malkis roma ternyata rusa-rusa itu menyambutnya 😀 supaya Audi senang akhirnya saya membeli satu kantong wortel sisa-sisa yang dibungkus kresek seharga 5rb. Audi sangat senang memberikan wortel-wortel itu kepada rusa-rusa yang kelaparan..hahaha.. sampai akhirnya habislah seluruh wortelnya. Disana juga ada anak-anak dari Teknik Telekomunikasi Universitas Telkom makrab, tapi berhubung saya bukan dosen mereka dan ngga kenal anak-anaknya saya jadinya ngga mampir..hihihi…

Kami kembali ke Bandung sekitar pukul 10.00, dan mulai menikmati kemacetan yang muncul mulai dari Soreang hingga kopo Sayati..

Jalan Cemberut Bandung – Cirebon

Bubur Sop Ayam

Bubur Sop Ayam, gambar diambil dari sini

Mungkin ada yang bertanya-tanya, emang ada jalan cemberut? Hihihi… ini bukannya nama jalan, tapi kondisi jalannya yang bikin kita cemberut saat berkendara. Liburan kenaikan Isa Almasih kemarin saya habiskan untuk berkendara dari Bandung – Cirebon – Kuningan. Niatnya itu pengen ngelihat rumah yang sudah lama ditinggal dari tanggal 17 Agustus tahun 2014, kemudian sekalian mengunjungi makam leluhur di Kuningan.

Perjalanan dimulai dari Jumat pagi, saya (hampir) selalu melakukan perjalanan pada hari Jumat. Entah mengapa, biasanya jalanan sepi pada hari itu dikarenakan banyak yang harus beribadah sholat Jumat sehingga kondisi jalanan biasanya relatif sepi. Ternyata kondisi jalan dimulai macet sejak di Jatinangor – Tanjungsari. Saya sebetulnya sangat heran dengan Jatinangor, daerah itu merupakan kawasan baru sehingga seharusnya bisa ditata dengan lebih apik, tapi tetap saja macet. Apalagi liburan, dijamin macet parah. Kalo pasar Tanjungsari sudah tumpah, maka bisa dipastikan kalo macetnya pasti sampe Jatinangor. Selepas Tanjungsari jalanan sudah cukup normal, masuk Cadas Pangeran mulailah jalanan agak rusak karena aspal terkikis oleh hujan. Masuk Sumedang jalanan bagus karena melewati kota, nah selepas Sumedang medan kembali mulai semi off-road. Continue reading

Pangandaran

Tadinya saya ingin ke Pangandaran tanggal 1 Januari 2014 sekalian menjemput orang tua, tetapi akhirnya diundur menjadi tanggal 3 – 5 Januari 2014. Perjalanan ke Pangandaran dari Bandung cukup lancar, saya membawa Mawa, ayah mertua, tak lupa bayi kami dengan mobil yang baru 1 mingguan hadir. Itung-itung sekalian test drive. Jalan relatif sepi saat itu, tidak terlalu banyak mobil yang melintas. Pukul 11.00 kurang kami sampai ke Banjar, dan makan siang di rumah makan Acip Lama. Banjar memang kota yang tidak terlalu padat dan ramai, padahal tempatnya enak lho. Di Acip, kami memesan 1 porsi ayam cah jamur, 1 porsi fu yung hai, dan 4 porsi nasi putih. Berapa yang harus kami bayar untuk itu? kami harus bayar 87500! harga yang sangat mahal untuk makan 3 orang, tapi karena melihat ayah mertua saya sampai nambah nasi putih yah..lumayanlah.

Pangandaran tidak terlalu berbeda dari tahun ke tahun. Hanya ada beberapa hotel baru dan hotel yang baru dibangun di depan SIP Hotel. Namun ada satu yang baru, kalo anda pernah berkunjung ke Yogyakarta dan main di Alun-alun Selatan maka di sana kalo malam banyak penyewaan odong-odong. Nah, itulah yang sekarang sedang booming di Pangandaran kalo malam hari. Harga sewanya cukup mahal sih sekitar 50rb/jam akan tetapi kalo hari biasa jadi 30rb/jam.

Saya merindukan pantai, bukan karena ingin seperti adegan di film-film atau seperti yang diceritakan di novel, tapi karena saya ingin basah kena air laut dan menikmati hantaman ombak yang menerpa punggung. Pantai setelah tahun baru ternyata masih sangat ramai, padahal saya berharap pantainya itu jadi sepi..tapi gpplah. Minggu pagi akhirnya saya meninggalkan Pangandaran, jalanan lancar, tapi ternyata setelah Malangbong macet parah, penyebabnya dugaan saya yakni banyaknya kendaraan yang menyeberang dari Garut. Huffhh.. back to routinity again 😀